“ BIOGRAFI DAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF K.H. A. WAHID HASYIM ”

Abstrak
Berbicara tentang K.H. Wahid Hasyim, tentunya kita akan mengingat kepada sosok yang mengantarkan pembaharuan terhadap pesantren dan pendidikan Agama Islam. Dimana, membawa pendidikan Islam kepada pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Karena dari kiprah dan pemikiran beliau mampu menerapkan pelajaran Agama dengan umum didalam lingkungan pesantren.
Dengan adanya konsep pendidikan yang diterapkan beliau diharapkan mampu mengantarkan umat Islam kedalam ranah yang lebih maju terrutama bagi pendidikan pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada di Indonesia ini. Dalam bersaing dengan lembaga di luar pesantren.

Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Pendidikan | Meninggalkan komentar

HILAGNYA KREDIBILITAS DAN PROFESIONALITAS GURU DALAM PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah

Saat ini guru tidak lagi menempat posisi paling atas untuk dijadikan teladan dalam pembentukan moralitas anak didiknya. Karena disamping guru merupakan pendidik dan pengembang intelektualitas juga tak lebih dari profesi diri yang cenderung mengabaikan moralitas anak didik tersebut.
Kita ketahui bahwa citra guru dewasa ini relatif kurang mendapat penghargaan, baik dari anak didik maupun masyarakat deibandingkan dengan citra profesi lainnya yang dapat memberikan jaminan hidup yang relatif lebih baik dibandingkan dengan profedi guru. Betapa sulitnya saat ini mendapatkan guru yang berkwalitas, berdedikasi, dan memilki empati dalam mendidik anak didik. Bahkan bukanhanya hal itu yang menyebabkan guru tidak lagi dihargai dan dipandang orang yang tidak terhormat. Dikarenakan sikap dan peran guru yang cenderung menampilkan sikap yang tidak ubahnya seperti oarang yang tidak terdidik.
Maka dalam makalah ini akan dibahas apa saja yang menjadi penyebab hilangnya moralitas guru dan bagaimana sebenarnya yang harus dilakukan oleh seorang guru itu yang notabene merupakan penentu terhadapa anak didiknya tersebut.

Rumusan Maslah

Dari pemabahasan latar belakang diatas dapat ditarik sebuah rumusan masalah sebagai berikut:
a) Tugas guru dalam pendidikan
b) Kurangnya profesionalisme guru dalam pendidikan
c) Ketergantungan terhadap nilai
d) Kebiasaan pola fikir hidonistik dalam pendidikan
e) Hilangnya moralias guru
BAB II

PEMBAHASAN
Definisi Guru
Tugas Guru Dalam Pendidikan
Guru merupakan orang yang mengajarkan ilmu terhadap anak didiknya yang patut digugu dan ditiru. Sehingga dengan adanya statemen seperti demikian tentunya untuk menjadi tenaga pendidik (guru) harus memahami terhadap apa yang sebenarnya menjadi kewajiban dirinya serta tugas-tugas apa saja yang harus dikerjakan sebagai tenaga pendidik. Dengan demikian guru didalam menjalankan tugasnya sebagai guru akan dapat menjalankan dengan baik. Adapun tugas-tugas guru dalam kaitannya dengan pendidikana adalah sebagai berukut:
1. Pendidik, yaitu mengembangkan keperibadian anak didik sehingga menjadi maju dan berekwalitas. Dan membina budi pekerti anak didik, karena kebanyakan guru pada modern kali ini cenderung hanya membina kecerdasan ketimbang pembinanan moralitas anak didik. Dalam kenyataannnya, tidak sedikit guru yang mengabaikan faktor afektik atau sikap siswa. Menurut Suharjono perubahan afektif anak didik tamapaknyua memang kurang mendapat perhatian dalam peraktek pembelajaran. Hal ini mungkin didasarkan bahwa:
a. Guru mendapat kesuluitan dalam meracang pembelajaran afektif, hususnya dalam tujuan pembelajarannya.
b. Adanya kesuliatan dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang cocok guna dapat mengubah sesuatu dalam diri anak didik yang berhubungan denagan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap.
c. Tidak mudah untuk menilai ketercapaian afektif anak didik. Sehingga menimbulkan pertanyaan, apakah tidak ada standarisasi atau kurangnya perhatian guru terhadap nilai moralitas.
Tiga alasan ini mempengaruhi pola fikir kebanyakan guru sekarang sehingga hanya menitik beratkan pada kecerdasan kognitif saja. Akibatnya guru banyak bertumpu pada hasil belajar dan sering mengabaikan proses belajar.
2. Pengajar, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan yang didapat sejak dia duduk di bangku pelajaran dan yang didapat dari buku-buku yang dibacanya. Karena guru merupakan pengalaman masa lalu dan penentu masa sekarang, sedangkan anak didik adalah penentu masa sekarang dan amsa yang akan datang.
3. Fasilitator, yaitu memfasilitasi anak didik agar bertamabah maju dan mengembangkan potensi dirinya serta membantu anak didik ketika dia menemukan kesulitan dalam mata pelajarannya.
4. Pembimbing, dengan cara memberikan petunjuk terhadap apa yang diinginkannya dan mengenal permasalahan yang dihadapi anak didik itu serta menemukan pemecahannya.
5. Pelayanan, dimana seorang guru memberikan pendidikan yang aman dan nyaman sesuai dengan perbedaaan individu anak didiknya.
6. Perancang, yaitu menyusun program pembelajaran dan pengajaran yang berdasarkan kurikulum yang berlaku serta menyusun rencana penbelajaran.
7. Pengelola, melaksanakan adminidrasi kelas dan memilih strategi dan metode pembelajaran yang efektif.
8. Inovator, menemukan strategi mengajar yang efektif dan mau mencoba dan menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang baru.
9. Evaluator, guru harus melaksanakan penilaian (mengevaluasi) anak didik dan mengadakan pengayaan dalam pengajaran.
Hal demikianlah yang seharusnya di sandang oleh seorang guru bukan suatu hal yang dapat merusak terhadap reputasi guru itu sendiri. Sebagai lambang dan penentu masa depan bangsa.
Bahkan imam gazali (1058-1111) Menyebut dalam karyanya yaitu ihya ulum AL-SIN megenai apa yang harus di miliki dan menjadi kerakterlstik tenaga pendidik:
mempunyai rasa simpati pada anak didik dan mengaggap serta melayani mereka seperti anak sendiri.
mengikuti tingkah laku dan sunnah Nabi Muhammat SAW. dan tidak meminta imbuhan karna perkhis matanya.
jangan memberi pelajaran sembarangan nasehat dan membenarkan mereka melaksanakan suatu tugas kecuali mereka benar-benar terlatih tentang perkara berkenaan.
dalam menentukan pelajaran-pelajarannya meninggalkan perilaku buruk, hendaklah dengan cara nasehat bukan dengan cara memarah-marahi mereka.
jangan sekali-kali merendahkan disiplin ilmu yang lain di hadapan anak didiknya.
hendaklah pelajaran-pelajarannya setakat pemahaman mereka jangan sekali-kali memaksa suatu hal yang tidak mungkin mereka mencapainya.
memberikan kepada anak didiknya yang kurang pintar bahan yang mudah di pahami, tentang, dan sesuai dengan perkembangan kognitif mereka.
Dari pembahasan yang telah diuraikan beik yang harus dilakukan sebagai pendidikan dan kareakterestik yang harus dilakukan dan dimilikinya, ternyata banyak guru yang masih jauh dari semua itu. Sehingga eksisntesi dan wibawanya cendrung nengelami pergeseran. Disamping itu, banyak yang mampengarui terhadap pergeseran pada wibawa guru tersebut diantaranya kondisi masyaraka yang masih lagi tidak menjungjung tinggi nilai etika dalam bermasyarakat. Banyak indikator yang semakin menghawatirkan intensitasnya mulai dari melambungnya harga BBM yang akhirnya berakibat terhadap naiknya harga harga kebutuhan pokok msyarakat, penggunaan obat-obat terlarang, mereknya situs-situs porno baik di internet atau hanphon (hp) masih banyak indikator-indikator lainnya.

Peran dan tugas utama guru dalam pendidikan
Guru sebagai pendidik tentunya tidak sama dengan orang biasa yang tidak memiliki status sebagai guru. Dimana guru sebagai pendidik, maka memiliki peran dan tugas utama yang disandangnya seperti yang diungkapokan oleh Wright sebagaiman dikutip Robiah Sidind dalam bukunya yang bertajuk classroom menegemen, menyatakan bvahwa guru memiliki dua peran utama, yaitu:
a. mempunyai peran menegemen
b. mempunyai peran instruksional.
Dari kedua peran ini maka guru dapat disebut menegeer sekaligus sebagai instruktur. Selain dari dua peran tersebut guru memiliki fungsi didalam kelas yaitu: pembimbing siswa dalam memecahkan kesulitan dalam belajar, Narasumber siswa untuk dapat menjawab pertanyaan siswa didalam menemukan pemecahan masalah dari beberapa sumber.
Maka dari sinilah dapat diketahui bahwa peran utama guru adalah menyampaikan ilmu pengetahuan sebagai warisan budaya masa lalu yang dianggap berguna sehingga harus dilestarikan.
Selain itu terdapat tugas utama yang disandang oleh guru itu diantaranaya adalah:
mengetahui latar belakang, social ekonomi dan intelektual akademi siswa.
Mengetahui perbedaan individual siswa, potensi,dan kelemahan siswa, termasuk pembelajaran mereka.
Dari adanya peran serta fungsi dari guru tersebut diharapkan mampu menjadikan siswa atau anak didik menjadi insane yang sempurna bisa berbuat baik yang ahirnya bisa mencerdaskan bangsa ini.

Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Selain mengajar,guru juga, mempunyai tugas-tugas dan tanggung jawab lain sebagai berikut:
b. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan berbagai cara seperti observasi,wawancara,melalui pergaulan,angket dan sebagainya.
c. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan perkembangan yang buruk agartidak berkembang.
d. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan caramemperkenalkan berbagai bidang keahlian,keterampilan,agar anak didik memilihnya dengan tepat.
e. Mengadakan evaluasi setiap waktuuntuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik. Memberikan bimbimgan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.

Sementara itu, menurut Oemar Hamalik, tugas dan tanggung jawab guru meliputi 11 macam, yaitu:
1. Guru harus menuntun murid-murid belajar
2. Turut serta membina kurikulum sekolah.
3. Melakukan pembinaan terhadap diri anak (kepribadian, watak, dan jasmaniah).
4. Memberikan bimbingan kepada murid.
5. Melakukan diagnose atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar
6. Mengenal masyarakat dan ikut aktif di dalamnya.
7. Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan pancasila.
8. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia
9. Turut mensukseskan pembangunan.
10. Tanggung jawab meningkatkan professional guru.

Fungsi guru atau pendidik dalam pendidikan
Dalam paparan yang diuangkapkan oleh Muhibbin Syah, pada dasarnya fungsi atau peranan penting guru dalam peruses belajar mengajar ialah sebagai director of learning (direktur belajar). Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan peruses belajar mengajar.
Dengan demikian, semakin jelas bahwa peran guru dalam dunia pendidikan modern sekarang ini semakin meningkat dari sekedar pengajar menjadi direktur belajar. Konsekuensinya, tugas dan tanggung jawab guru pun menjadi lebih kompleks dan berat.
Fungsi guru atau pendidik dalam pendidikan diantaranya:
a. Sebagai pengajar (intruksioal) yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilaksanakan.
b. Sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan anak didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian insane kamil seiring dengan tujuan Allah menciptakannya.
c. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri sendiri, anak didik, dan masyarakat terkait, yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengkontrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan.

Ciri-Ciri Guru Yang Baik Dalam Proses Belajar Mengajar

Selain tugas dan tanggung jawab guru seperti yang telah disebutkan diatas, maka sebagai seorang guru atau pendidik tentunya harus memiliki ciri yang baik yang harus dimiliki oleh guru diantaranya:
Memahami dan menghormati murid; dalam artian memahami murid yang memiliki potensi, bukan sebagi botol yang kosong serta mendenagrkan aspirasi anak didik.
Menguasai bahan materi yang diberikan
Menyesuaikan Bahan pelajaran denagn kesanggupan individu murid.
Tidak hanya mengajar dalam artian menyampaikan pengetahuan saja kepada murid tetapi senantia mengembangkan bakat mnurid.

F. Beban Yang Disandang Oleh Seorang Pendidik Atau Guru
Sebagi pendidik guru harus hati-hati didalam kehidupannya karena seorang guru terdapat beban berat yang terdsapat pada dinya itu, dimana guru merupakan kunci sukses didalam pendidikan serta kebnerhasilan dalam budi pekerti. Dari gurulah anak didik akan mendaptkan ilmu dari apa yang dipelajari oleh guru tersebut.
Aubrey C. Danels mengatakan bahwa seorang pendidik harus mampu menggunakan penguatan positif agar orang-orang yang ada disekitarnya dapat bertindak derngan tingkah laku yang baik dalam hidupnya.
Apa lagi seorang guru harus mampu menajdi behavior meneger didalam kelas. Masalah yang kadang kala muncul pada seorang guru adalah guru mendapat perlakuan yang tidak baik dalam hidupnya atau profesinya, bahkan menjadi korban penyimpangan budi pekerti didalam hidupnya. Karena banyak sekali pada ahir-ahir ini terdapat guru yang dipandang oleh masyarakat sanagat tidak wajar untuk disebut sebagai guru. Dikarenakan oleh tidak adanya budi pekerti yang baik atau ahlak yang baik.
Pola pembelajaran budi pekerti seeharusnya dapat tercermin dari pelaksanaan pembelajaran setiap hanya harinya. Bagaimanapun juga guru harus memberikan pada siswa yang melakukan sebuah kesalahan. Bagaimana guru tidak mentolelir penyimpanagn-penmyimpangan yang dilakukan oleh siswa serta guru harus mengantarkan masa depan anak didiknya yang lebih baik.

Analisis

Kurangnya Profesionalisme Guru Dalam Pendidikan
Guru adalah lambang orang-orang lntelektual dan profesi, bahkan sekedar pekerjaan atau karir. Karna ltu mempunyai jiwa profinsionalisme, sehingga sebagai guru akan melaksanakan tugas sebagai orang pendidik dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab. Pengamat pendidikan (milorson), menyabut tiga ciri profensi yaitu:
perilaku yang terorganisi
keterampilan yang didasarkan atas pengetahuan teoritis
kebutuhan akan latihan dan pendidikan dimana orang profesional diidentikkan dengan beberapa karakteristik yang harus dimiliki yaitu kepemilikan komponin intelektual, komitmen yang kuat akan karir berbasis pada kompotensi khusus, berorientasi akan melayani, memuaskan dan yang penting terlibat akan tanggu jawab.
Namun, masih banyak seorang guru yang masih jauh dari karaktesetik profensional itu. Guru masih cendrung kurang mengalami terhadap apa yang dibutuhkan anak didiknya di dilam pembelajaran, kurang mempunyai metode yang inerjik dalam pengajaran. Waktu yang tersedia dari beberapa menit tidak digunakan secara maksimal. Waktu yang tersedia tersebut hanya digunakan untuk mengapsen, menerangkan materi kadang kala materi yang dibahas habis di tengah jalan tanpa ada inovasi –inovasi baru.
Padahal mengajar merupakan pekerjaan akademis dan profensional. Kenyataanya masih banyak tenaga pengajar(guru) yang mereka masuk kelas tanpa mempersispkan perencanaan sama sekali karena dianggap bahwa mengajar merupakam pekerjaan rutin yang tiap hari dikerjakan dengan karakterestik anak didik yang setiap tahun sama. dengan demikian para guru tersebut mengajar sesuai dengan apa yang dia ingat dari mengajar sebelum-belumnya tanpa memperhatikan tingkat kompotensi anak didik saat dia akan memulai mengajar, karna tidak memiliki ukuran hasil evaluasi hari sebelumnya, dan ada juga mengajar sesuai rasa ke-guru-annya tanpa memperhatikan apa yang diperhatikan anak didik hari itu.

Ketergantungan Terhadap Nilai
Kebiasaan menyontek, bocoran soal, copy paste dalam penulisan makalah tidak bisa lagi dielakkan pada diri anak didik maupun mahasiswa sekarang. Ini menandakan betapa pentingnya nilai dalam pendidikan tanpa menghargai yang namanya proses dalam belajar. Kecendrungan akan semua lnl banyak dipengaruhi banyaknya guru yang menempatkan nilai itu menjadi tolak ukur keberhasilan anak didik tanpa memperhatikan keaktifan anak dalam kelas disetiap harinya sehingga takjarang anak didik yang mempumyai nalar kritis dan kecerdasan yang tinggi banyak menjadi korban dalam sistem pendidikan seperti itu. Disamping itu pula banyaknya informasi dan teknologi baik berupa perfilman yang banyak menyajikan program-program yang kurang mendidik
Ketika anak didik mempunyai argumentasi yang baik dan menyanggah pendapat gurunya dan menolak apa yang menjadi kebijakannya maka tidak jarang penulis menemukan nilai yang di dapatkan anak didik terdebut rendah walauupun anak didik terdebut pandai. Padahal apa yang di ungkapkan anak didik tersubut baik untuk masa depan pendidikan. Hal saperti ini masih menempatkan nilai menjadi tujuan awal. Bahkan dipeguruan tinggipun kadang kala dosen menerapkan demikian. Sehingga semister pendek (SP) harus di tumpuh oleh mahasiswa yang pandai.

Kebiasaan Pola Fikir Hidonistik Dalam Pendidikan
Budaya wasternalisasi dalam era globalisasi sekarang ini sudah menjadi penyakit akut yang menjalar dimana-mana, bahkan konstruk pola fikir manausia saat ini menjadi serba hedonis yang memposisikan material disetiap hidipnya. Kebahagian dan kesuksesan seseorang diukur dengan kekayaan yang melimpah. Maka banyak jalan yang ditempuh untuk memenuhi hal tersebut. Seperti halnya mencuri, merampok, menipu serta hal-hal lain yang sekiranya mendatangkan kekayaaan yang banyak walaupun didapatnya dengan jalan yang tidak baik.
Bahkan profesi guru saat ini menjadi tumpuan banyak kalangan karena sangat menentukan dan menjanjikan untuk memperkaya diri. Padahal pendidikan bukan tempat untuk memperkaya dan terkenal (Ira shol dan paulo friere, 2010). Sehingga dengan hal demikaian banyak lembaga yang didirikan walaupun syarat pendidiriannya tidak mencukupi syarat. Yang tidak lagi berorientasi untuk mencerdaskan bangsa. Padahal dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3 menegaskan:
” Pemerintah mengusahakan dengan menyelenggarakan suatu sistem penddikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak yang mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undsang-undang”. Namun kenyataannya banyak lembaga yang dijadikan alat untuk mendapatkan uang. Karena prospek pendidikan saat ini mendapatkan perhatian serius dari pemerintah, mulai dari gaji setiap bulannya, dana tunjangan, dana fungsional, anggaran 20% untuk pendidikan serta sertifikasi guru, walaupun tenaga pengajarnya tidak mempunyai profesionalitas yang tinggi.

Hilangnya Moralitas Guru
Disamping kurangnya profesionalitas guru, ketergantungan terhadap nilai, serta kebiasaan pola pikir hidonistik, hilangnya moralitas guru dan masyarakat juga mempengaruhi terhadap citra guru itu sendiri. Zaman modern kali ini sangat mempengaruhi terhadap gaya hidup seseorang. Dimana gaya hiddup slebritis yang sering menafikan aturan-atauran dijadikan contoh dalam hidupnya. Niali ahlak, saling menghargai anatara yang tua dan yang muda telah dikesanpingkan padahal hal ini yang akan mengancam terhadap kerusakan moralitas dan kebutuhan bangsa. Apalagi banyak kita temui guru yang tidak mempunyai moraliatas dan memberikan contoh yang baik terhadap anak didiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya wina. Strategi pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2007.

Suparlan. Mwnjadi guru efektif. Yogyakarta: Hikayat publishing, 2005.

Khgoe yao tung. Simponi sedih pendidikan nasional. Jakarta: Abdi Tandur,2002.

Dipublikasi di Pendidikan | Meninggalkan komentar

PENOBATAN BINTANG PELAJAR

Bismiillahirrahmanirrahim…….

Para undangan yang terhormat, wali-wali santri terhormat, para santri hadirin yang berbahagia.

Selamat malam wahai yayasan al-hamidiyah.

Kini aku digerbangmu, layer bintang pelajar akan terbuka dan akan terlihat jelas bintang pelajar kita malam ini…

Dia adalah bintang pelajar kita yang lahir, tumbuh dari nayanyian bintang kecil dan senanm pagi serta terukir dari tingkahnya yang lucu, imut serta kadang manja diantara lukisan-lukiasan pena dan nyanyiannya. di setiap pagi harinya bersama teman-temannya….

Hadirin, wali santri yang berbahagia..….

Dia adalah bintang kecil kita nan mungil dan indah tuk kita saksikan untuk dinobatkan menjadi bintang pelajar kita malam ini…..

Wajahnya imot, cerdas, pintar, lucu, nampak manja tuk diperhatikan, dan menyenangkan diantara teman-temannya. Siapakah dia…?

Dia duduk di PAUD al-hamidiyah Dengan No.Induk 02

Tepatnya pada kalender 14 Maret 2008, dilahirkan di Desa poteran tercinta.

Lahir dari dua insane yang berbahagia malam ini ayahanda tercinta Suwardi dan ibunda tercinta
Nor Halimah

Atas nama SYADAD UBAIDILLAH

…………………………………………………………………………………………………………

Bismiillahirrahmanirrahim…….

Para undangan yang terhormat, wali-wali santri terhormat, para santri hadirin yang berbahagia.

Sebentar lagi akan menaiki panggung kehormatan, bintang pelajar kita di malam hari ini…..

Dia adalah bintang pelajar kita yang lahir, tumbuh dari nayanyian ABA-TA-SA dari lisan-lisan sang ustadz dan ustadzah serta cerdas ceria di pagi harinya bersama teman-temannya….

Hadirin, wali santri yang berbahagia..….

Dia adalah bintang pelajar kecil kita yang pantas naik pentas malam ini, serta pantas tuk dinobatkan menjadi bintang pelajar kita malam ini…..

Berbahagialah nama anak yang akan menjadi bintang pelajar malam ini….. Siapakah dia…?

Dia duduk di RA al-hamidiyah Dengan No.Induk, 58

Tepatnya pada kalender 11 januari 2005, dilahirkan di Desa poteran tercinta.

Lahir dari dua insane yang berbahagia malam ini ayahanda tercinta H. Ahmadi dan ibunda tercinta Morani.

Atas nama: Luqmanul Hakim

…………………………………………………………………………………………………………..

Bismiillahirrahmanirrahim…….

Selamat malam SDI Al-hamidiyah…

Malam kian larut, dingen malam tlah menyapa kita. Saat waktu akan mengantarkan kita tuk penasaran sejenak akan penantian sang bintang pelajar kita malam ini…..

Hadirin, wali santri yang berbahagia..….

Dia adalah bintang dari beribu-ribu bintang yang sebentar lagi akan menghiasi panggung kehormatan dan akan dinobatkan sebagai bintang pelajar di tengah-tengah temannya dan kita detik ini……

Mungkin Allah dan Malaikatnyapun tersenyum, melihat sang bintang pelajar kita malam ini yang telah mengembirakan kedua orang tuanya berkat dari do’a – do’anya di setiap sujud dan sholatnya..

Betapa bahagia kedua orang tuanya, saat buah hatinya menjadi sorotan beribu-ribu spasang mata para penonton yang berbahagia…

Dia adalah bintang pelajar kita malam ini…
Dia adalah….. lahir dari desa Poteran tercinta. Tepatnya pada kalender 22 Mei 2003 Masehi.
Siapakah dia………

Dia adalah dilahirkan dari dua insane yang berbahagia aya handa tercinta Mattuni dan ibu handa tercinta Husna.

Atas Nama: Faiq Abrari

…………………………………………………………………………………………………………..

Bismiillahirrahmanirrahim…….

Slamat malam MD Al-Hamidiah……..

Hadirin para undangan yang berbahagia….

Detik demi detik mengubah angan menjadi impian, mengubah hayal menjadi kenyataan bersama takdir Tuhan saat ini tuk dinobatkan ia menjadi bintang pelajar malam ini…..

Berbahagialah…… bintang pelajar kita malam ini. Siapakah dia….???.

Marilah kita menebak dalam masing-masing sanobari sang juara. Dari celoteh-celoteh burung surga dan dedaunan yang melambai-lambai seraya berucap selamat dan sukses bintangku……

Sambutlah kedua orang tuamu, ciumlah kening keduanya sembari ucapkan padanya trimakasih atas do’a dan pengorbanannya yang telah diberikan padamu bintangku……

Berbahagialah…….

Anak yang bernama….. bintang pelajar kita yang sebentar lagi akan menaiki bintang pelajar malam ini……

Dia lahir tepatnya di Desa Poteran, pada kalender 29 April 2002.

Dia lahir dari dua insane yang berbahagia Sya’rani dan Satu…

Atas nama: ImraatuS Shalihah

…………………………………………………………………………………………………………..

Bismiillahirrahmanirrahim…….

Selamat malam TPQ Al-Hamidiyah……..

Hadirin, para undangan dan wali santri yang berbahgia…..

Coba kita rasakan desisan angen di samping kita, ia seakan memanggil-manggil sanobari kita tuk mengundang bintang pelajar tuk menaiki panggung kehormatan di depan kita….

Wahai para santri-santri Al-Hamidiyah… sekarang engkau lihatl kearah kedua orang tuamu masing-masing saat ini. Ia sedang terdiam, tertegun, wajahnya menatap lurus kedepan tampa berkedip. ia sambil menghayal, siapakah bintang pelajar yang sebentar lagi akan dipanggil… sambil menebak dalam hatinya… mungkinkah anakku, mungkinkah ia putriku…..?

Pikirannya terbang ke atas langit ketujuh tuk menyampaikan Do’anya kepada Allah SWT. Seraya ia berkata “ya Allah, jadikanlah anakku malam ini menjadi bintang pelajar yang bisa disaksikan orang-orang yang hadir malam ini. Dan akan saya ciup dan peluk anakku karena engkau telah jadikan ia menjadi bintang pelajar malam ini ”.

Namun, semua itu telah tersirat dalam takdirnya sejak Zaman azalai. yang menjadi dambaan dari setiap manusia bahkan semua insane di dunia.

Dia lahir dari lisan-lisannya yang setiap harinya menggemakan kalam ilahi dan ayat-ayat al-qur’an selalu bersamanya.

Berbahagialah…….

Dia lahir di Desa Poteran-sarotak laok. Tepatnya pada kalender 02 maret 2000. Dan duduk di kelas Mahir.
Lahir dari dua insane yang berbahgia LASMAN dan SA’IYUH

Atas nama THAYYUN NISA’

Dipublikasi di Pendidikan | Meninggalkan komentar

PRINSIP, FUNGSI DAN KERITERIA DALAM PEMILIHAN MEDIA BELAJAR

PRINSIP, FUNGSI DAN KERITERIA DALAM PEMILIHAN

MEDIA BELAJAR

 M a k a l a h

 (Revisi)

 Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Teknologi Pendidikan”

 

Dosen Pembimbing,

Dr. As’aril Muhajir, M.Ag


Oleh:

AHMAD FAWAID

F0.5.4.11.106

 


 

KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

Institut Agama Islam Negeri  Sunan Ampel

SURABAYA

2012

A.    Pendahuluan

Didalam sebuah peroses belajar mengajar tentu sangat dibutuhkan sebuah media dalam menunjang sebuah keberhasilan dari pembelajaran, dimana dalam hal ini para ahli pendidikan dan pengajaran berpendapat bahwa media sangat diperlukan pada  anak-anak tingkat dasar sampai menengah dan akan banyak berkurang jika mereka sudah sampai pada tingkat pendidikan tinggi. Pada tingkat sekolah dasar dan  menengah, pengajar akan banyak membantu anak didik dengan mengembangkan semua indera yang ada, yakni dengan mendengar, melihat, meraba, memanipulasi, atau mendemonstrasikan dengan media yang dapat dipilih.[1]

Media pembelajaran adalah sarana yang membantu para pengajar. Ia bukan tujuan sehingga kaidah pembelajaran di kelas tetap berlaku. Pengajar juga perlu sadar bahwa tidak semua anak senang dengan peragaan media. Anak-anak yang peka atau auditif mungkin tidak banyak memerlukannya tetapi anak yang bersifat visual akan banyak meminta bantuan media untuk memperjelas pemahaman bahan yang disajikan. Demikian pula waktu penyajian media sangat menentukan berhasil tidaknya penjelasan dengan bantuan media.[2]

Prinsip pengajaran yang baik adalah jika proses belajar mampu mengembangkan konsep generalisasi, dan bahan abstrak dapat menjadi hal yanh jelas dan nyata. Sumber belajar yang digunakan pengajar dan anak adalah buku-buku dan sumber referensi, tetapi akan menjadi lebih jelas dan efektif jika pengajar menyertai dengan berbagai media pengajaran yang dapat membantu menjelaskan bahan lebih realistic.[3] Dengan demikian salah satu tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah mencari dan menentukan media pengajaran. Dalam dimensi social, mencari dan menentukan sumber belajar pelajaran Pendidikan Agama Islam sangatlah penting sebab bahan ajarnya sangat dinamis.

B.     Pembahasan

1.      Pengertian media belajar

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang  secara harfiah berarti tengah, atau pengantar. Dalam bahasa arab, media dalah perantara (وسائل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.[4] Dengan demikian media pembelajaran dapat diartikan sebagai pelantara sampainya pesan belajar (message learning) dari sumber pesan (message resource) kepada penerima pesan (message receive) sehingga terjadi interaksi belajar mengajar.[5]

Ada beberapa pengertian tentang media pembelajaran yang telah dikemukanan oleh para ahli, antara lain:

a)      S. Gerlach dan P. Ely memberikan dua makna tentang media pembelajaran, yakni arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas media pembelajaran berarti orang, material, kejadian yang dapat menciptakan kondisi, sehingga memungkinkan pelajar dapat pengetahuan, keterampilan atau sikap yang baru. Sedangkan dalam arti sempit media pembelajaran berarti grafik, potret, gambar, alat-alat mekanik, elektronik yang dipergunakan untuk menangkap, memproses serta menyampaikan informasi visual atau verbal. [6]

b)      Sementara Suprapto dkk mendefinisikan media pendidikan dengan semua alat pembantu yang secara efektif dapat digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan yang diinginkan. [7]

c)      Begitu pula Sri Widiastuti, dkk memberikan definisi dengan semua alat yang dapat dipergunakan melalui indera pendengaran, pengamatan (telinga, mata) dalam proses kegiatan belajar, karena itu alat-alat bantu tersebut sering dinamakan alat pembantu dengar-andang atau audio visual aids (AVA). [8]

d)     Oemar Hamalik memberikan pengertian dengan alat, metode dan teknik yang dipergunakan dalam upaya untuk lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. [9]

Beberapa definisi para tokoh tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwasanya, media belajara adalah semua alat yang bisa digunakan untuk menyampaikan isi pembelajaran dari guru ke murid. Baik menggunakan grafik, gambar, foto  serta alat lain yang dapat mendukung didalam pembelajaran tersebut.

Dan dari Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Berdasarkan fungsinya media dapat berbentuk alat peraga dan sarana.

1)      Alat peraga

a. Pengertian alat peraga

Menurut Estiningsih, alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari.

b. Fungsi alat peraga

Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep yang abstrak, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep tersebut. Dengan melihat, meraba dan memanipulasi obyek/ alat peraga maka siswa mengalami pengalaman-pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti dari suatu konsep. Berikut ini diberikan contoh dari alat peraga:

–          Papan tulis, buku tulis, meja yang berbentuk persegipanjang dapat berfungsi sebagai alat peraga pada saat guru menerangkan bangun geometri datar persegipanjang.

–          Pensil, kapur, lidi, dan biji-bijian dapat berfungsi sebagai alat peraga pada saat mengenalkan bilangan, dengan cara membilang banyaknya anggota dari kelompok benda, sehingga pada akhir membilang akan ditemukan bilangan yang sesuai dengan keompok tersebut.[10]

      2)      Sarana serta Pengertian dan funginya

Sarana merupakan media pembelajaran yang fungsi utamanya sebagai alat bantu untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan sarana na tersebut diharapkan dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar. Contoh media pembelajaran yang berupa sarana adalah: papan tulis, penggaris, jangka, klinometer, timbangan, Lembar Kerja (LK), Lembar Tugas (LT) dan sebagainya.[11]

2.      Prinsip pemilihan media pembelajaran

Didalam peroses belajar mengajar, tentu sangat dibutuhkan pemilihan akan media yang harus digunakan dalam pembelajaran tersebut agar murid dapat menyerap pelajaran dengan baik. Dan dibutuhkan prinsip untuk menentukan pemilihan media tersebut. Adapun prinsip dalam pemilhan media pembelajaran sebagai berikut:

  1. Pertama,  harus ada kejelasan tujuan tentang pemilihan media tersebut. Apakah tujuan itu sebagai keprluan rekreasi, hiburan, informasi umum taupun pembelajaran.
  2. Familiaritas media, artinya didalam memilih media kita harus paham dan mengenal terhadap sifat media yang kita pilih.
  3. Adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan karea pemilihan media pada dasarnya adalah perosese pengembalian keputusan dari adanya alternatif-alternatif pemecahan yang dituntut oleh tujuan.[12]

Prinsip penggunaan media secara umum sebagai berikut.[13]

a)      Tidak ada satu metode dan media yang dipakai dengan meniadakan yang lain. Contoh kecil penggunaan kertas dan pencil untuk daerah terjangkau, sementara daun dan batu untuk daerah tertinggal

b)      Media tertentu cenderung lebih tepat dipakai dalam menyajikan suatu unit pelajaran dari pda media lain. Oleh karena itu dibutuhkan mengenali karakterstik  dan kemampuan media sebelum memilih pada satu media yang kita ketahui saja.

c)      Tidak ada satu mediapun yang sesuai dingunakan untuk segala macam kegiatan belajar. Oleh karena itu diperlukan pendekatan multi media.

d)     Penggunaan media yang terlalu banyak akan membingungkan dan tidak memperjelas pelajaran.

e)      Harus dilakuakan persiapan yang matang dialam penguanaan media. Kesalahan yang banyak terjadi, dengan menggunakan media pendidikan guru tidak perlu membuat persiapan mengajar terlebih dahulu. Artinya diperlukan tambahan bahan dari buku-buku yang lain serta dilaukukan pengayaan atau penjelasan dan lain-lain. Bukan hanya membaca seperti yang telah ada dalam teks itu sendiri.

f)       Media harus merupakan integral dari pelajaran, artinya janganlah memilih media sebagai hiasa saja tanpa adanya hubungan dengan pelajaran yang berlangsung.

g)      Anak-anak diperlukan  dan dipersiapkan sebagai peserta yang aktif. Artinya guru sering cenderung untuk mengusahan media yang hebat  hingga anak didik dapat belajar tanpa sususah payah dan tanpa kegiatan yang berarti. Sehingga anak didik tidak aktif dalam pemeblajaran.

h)      Murid harus ikut bertanggung jawab dalam peroses pembelajaran. Seperti halnya media Filem siswa harus mendiskusikannya.

i)        Secara umum perlu ditampilkan hal yang positif dari pada yang negatif agar tidak dicontoh oleh siswanya jika itu hal yangkurang baik.

j)        Hendaknya tidak menggunakan media penddikan sekedar sebagai selinan atau hiburan semata, kecuali memang tujuan dari pembelajran.

k)      Pergunakan kesempatan menggunakan media sebagai untuk melatih perkembangan bahasa, baik lisan amupun tulisan.

Disamping 11 prinsip umum diatas, didalam penggunaan media pembelajaran, tentu harus juga memahami terhadap perinsip  serta  aspek-aspek sebagai berikut:[14]

  1. Tujuan pembelajaran

Media yang digunakan harus mendukung terhadap tujuan belajar. Jika tujuannya untuk bagaimana siswa terampil dalam menggunkan komputer. Maka media yang digunakan adalah komputer itu sendiri. Bahkan untuk mencapai tujuan tersebut ketika dilakukan kombinasi dua atau lebih media akan lebih mampu membantu tercapainya tujuan tersebut.[15]

  1. Metode pemebelajaran

Media yang digunakan juga harsus sesuai dengan metode pembelajaran. Dengan artian, jika tujuan pembelajaran peserta didik adalah terampil dalam komputer. Maka metode yang pas adalah praktek atau latihan, bukan metode ceramah.

  1. Jumlah peserta didik
  2. Karakteristik peserta didik

Media yang digunakan harus mampu disesuaikan dengan karakter peserta didik. Jika dewasa, tentu media yang digunakan harus disesuaikan dengan karakternya. Sementara untuk anak-anak dicarikan media yang menghibur serta menarik perhatian.

  1. Waktu yang tersedia untuk pembelajaran

Dalam hal ini, media yang digunakan harus disesuaikan dengan waktu yang ada. Jika waktu yang tersedia hanya empat puluh lima menit, maka menggunakan media filem yang durasinya sampai satu jam atau lebih sangat tidak cocok.

  1. Biaya yang digunkan untuk media pemebelajaran
  2. Kemampuan pengajar menggunkan media pemebelajaran
  3. Tempat berlangsungnya pembelajaran

Sementara ditinjau dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis juga harus mendapat pertimbangan dalam pemilihan media:

1)      Motivasi, media yang disajikan harus bisa memunculkan minat, serta motivasi dari informasi yang terkandung dari media pembelajaran tersebut.

2)      Perbedaan individual. Siswa belajar dengan cara tingkat kecepatan yang berbeda-beda. Oleh karena itu media yang memberikan informasi harus berdasarkan kepada tingkat pemahaman pada siswa.

3)      Tujuan pembelajaran.

4)      Organisasi isi. Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam ururtan-urutan yang bermakna.

5)      Persiapan sebelum belajar.

6)      Emosi. Media pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respon emosional seperti takut, cemas, empati cinta kasih dan kesenangan.

7)      Partisipasi.

8)      Umpan balik. Hasil belajar dapat meningkat apabila secara berkala siswa bertambah kemajuan belajarnya.

9)      Penguatan (reinforcement).

10)   Latihan dan pengulangan.

11)   Penerapan. Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru.

3.      Fungsi pemilihan media pembelajaran

Pada mulanya media mempunyai fungsi sebagai alat bantu visual dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada sisiwa antara lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep abstrak, dan mempertinggi daya serap atau retensi belajar.[16]

Pada ahir tahun 1950 teori komonikasi mulai menpengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, sehingga fungsi media sebagai peraga bergeser menjadi penyalur pesan atau informasi belajar.[17]

Penggunaan media yang baik tentu memiliki fungsi terhadap peroses belajar mengajar,  Menurut Levie & lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, hususnya media visual:[18]

Pertama, fungsi atensi yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

Kedua, fungsi afektif. Dimana media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar yang kemudian dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya mengenai masalah sosial atau ras.

Ketiga, fungsi kognitif. Dimana lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

Empat, fungsi kompensatoris.  Hal itu dapat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

Selain berbicara fungsi dari media tersebut, terdapat manfaat media dalam pembelajaran. Hamalik  merinci manfaat media pendidikan sebagai berikut:[19]

1.      Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme;

2.      Memperbesar perhatian siswa;

3.      Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap;

4.      Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa;

5.      Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup;

6.      Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa;

7.      Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

4.      Keriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Untuk pemilihan media pembelajaran, tentu sangat dibutuhkan kereteria dalam pelaksanaannya. Karena tanpa memahami terhadap kereteria tersebut, maka penggunaan media pembelajaran akan berakibat tidak baik terhadap pengembangan anak didik, terutama didalam pertumbuhan psikologinya. Sehingga agar menghindari dampak yang tidak diinginkan tersebut sangat dibutuhkannya keriteria penggunaan media pembelajran tersebut.

Oleh sebab itu dalam mendesain media pembelelajaran harus memperhatikan ciri-ciri atau karakteristik dari saran atau penerima pesan: seperti halnya umur, latar belakang sosial budaya, pendidikan serta cacat badaniyah dan sebagainya.[20]

Karena keriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem intstruksional secara keseluruhan. Untuk itu, ada bebrapa keriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media;[21]

a)      Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Media dipilih berdaarkan tuuan intraksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

b)      Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi.

c)      Praktis, luwes, dan bertahan.

Jika tidak ada dana, waktu atau sumber lain tidak usah dipaksakan menggunakan media yang akan dipakai, serta media yang akan dipakai mudah didapat atau dapat dibuat sendiri oleh guru, serta dapat dibawa kemana-mana.

d)     Guru terampil dalam menggunakannya.

Ini merupakan kereteia utama, apapun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam peroses belajar mengajar. Sebab nilai dari media itu ditentukan oleh guru yang menggunkannya.

e)      Peneglompokan sasaran.

Dalam hal ini perlu dipahami bahwasanya media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya untuk kelompok kecil, begitu pula hal sebaliknya.

f)       Mutu teknis.

Pengembanagan visual baik gambar  maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya materi yang ingin disampaikan dengan menggunkan slid tidak boleh terganggu oleh latar belakang yang akan mengganggu terhadap pesan atau informasi dari materi tersebut.

Selain kereteria mengenai media, tentu kita harus paham jenis-jenis midia itu sendiri. Dimana terdapat dua jenis media pembelajaran, yaitu media pembelajaran sederhana yang meliputi papan tulis, dan media pemebelajaran moderen meliputi komputer dan internit.[22]

5.      Biografi dan Kerucut Pengalaman Edgar Dale

1.      Biografi  Edgar Dale

Edgar Dale (April 27, 1900 – March 8, 1985) was an American educationist who developed the Cone of Experience. He made several contributions to audio and visual instruction, including a methodology for analyzing the content of motion pictures. Born and raised in North Dakota he received a B.A. and M.A. from the University of North Dakota and a Ph.D from the University of Chicago.[23]

Pada tahun 1933 Dale menulis sebuah makalah tentang cara efektif membuat filem kelas Sekolah Tinggi. Makalah ini telah dicatat untuk memiliki pandangan yang sangat berbeda dari interaksi remaja dengan filem-filem dari itu diambil oleh Dewan Filem Kontrol waktu. Edgar Dale menciptakan kerucut pengalaman (1946). Pengalaman adalah representasi model Dale klasifikasi visual pada cara pengalaman belajar. Teori ini dibantu dalam pengembangan metode visual dalam pengajaran yang digunakan dalam bidang Teknologi instraksional. Bentuk kerucut digunakan untuk menciptakan symbol belajar dari tingkat yang paling nyata dari pengalaman pada kerucut ke tingkat yang paling abstrak dari pengalaman titik kerucut.

Dalam pembelajaran, Edgar Dale terkenal dengan konsep Kerucut pengalaman, yaitu sebuah teori yang dikemukakan oleh ahli bernama Edgar Dale, yang menggambarkan tentang tingkat pengalaman dan alat yang diperlukan untuk memperoleh pengalaman itu. Pengalaman berlangsung dari tingkat yang konkrit ( Nyata) naik menuju ke tingklat yang abstrak. Pada tingkat yang kongkrit (nyata) seseorang belajar dari kenyataan atau pengalaman langsung yang bertujuan dalam hidup kita. Kemudian ketingkat yang lebih atas menuju ke puncak kerucut, dalam tingkat yang abstrak dalam bentuk simbol-simbol semakainkeatas, semakain abstrak tetapi tidak berarti sulit.[24]

2.      Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Pengklafikasian media belajar yang paling populer, barangkali adalah yang dikemukakan oleh Edgar Dale. Dalam usaha  memanfaatkan media sebagai alat bantu ini Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemuduan dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience) dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu.[25]

Edgar Dale (1996) mengemukakan jenis media yang terkenal dengan istilah kerucut pengalaman (the cone of experience): Seperti pengalaman langsung, Pengalaman yang diatur, Dramatisasi, Demonstrasi, Karyawisata, Pameran, Gambar hidup, Rekaman, radio, gambar mati, lambang visual, lambang verbal.

Berdasarkan 10 pengalaman tersebut, belajar dapat dengan: mengalaminya secara langsung dengan melakukannya atau berbuat (nomor 1 s.d. 5); mengamati orang lain melakukannya (nomor 6 s.d. 8); dan membaca atau menggunakan lambang (nomor 9 dan 10). Kerucut pengalaman tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:[26]

Dari pengertian-pengertian di atas, usaha pengklasifikasian media mengungkapkan karakteristik atau ciri-ciri khas suatu media berbeda menurut tujuan atau maksud pengelompokannya. Kharakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuan membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun penciuman, atau kesesuaiannya dengan tingkatan hirarki belajar seperti yang digarap oleh Gagne, dan sebagainya. [27]

Penggunaan media audio visual, ditujukan untuk meninglatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar, sehingga diharapkan anak didik mampu mengembangkan daya nalar serta daya rekanya. Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa proses belajar dan mengajar dengan menggunkan sarana audio visual mampu meningkatkan efisiensi pengajaran 20%-50%.[28]

Bahkan jika seorang anak didik di perlihatkan secara langsung terhadap contoh-contoh dalam belajaran. Maka anak didik akan lebih mudah menerimanya dan menambah pengalamannya. Karena pengalaman yang didapatkan sangat besar manfaatnya untuk membantu perkembangan selanjunya. Pengalaman tersebut dapat menambah penegetahuan, karena pengetahuan manusia 75% didapat melalui indera penglihatan dan 25 % didapat dari indera pendengaran.[29]

Hal itu dapat dilihat dari kerucut yang dikembangkan oleh Edgar Dale diatas, dimana dari sekian jenis pengalaman, menempati posisi yang berbeda-beda, yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pembelajaran akan ditentukan dari bagaimana guru dapat memperhatikan krucut tersebut dengan baik.

Contoh riil penggunaan media sangat berpengaruh dalam pencapain materi bagi peserta didik sangat berpengaruh untuk selalu diingat. Seperti halnya penggunaan media pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Dimana, jika mata pelajaran SKI yang didalamnnya terdapat perjuangan Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam disampaikan dalam bentuk buku yang hanya dibaca oleh peserta didik, hal itu hanya akan diingat tidak begitu lama atau cepat hilang.

Hal itu tentu sangat berbeda jika materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) tersebut disampaikan dengan cara teks lalu diikuti dengan pemutaran  Video, tentu akan sangat membantu dalam penyampaian materi SKI tersebut dan selalu diingat oleh peserta didik  dengan ingatan yang lama. Yang hal itu disebabkan peserta didik langsung bawa pada pengalaman nyata, yaitu karena melibatkan penglihatan, pendengaran dan kejadian nyata yang ada di lapangan.

C.    Pengembangan prinsip, fungsi dan keriteria pemilihan media belajar dalam Pendidikan Islam

Dalam pengembangan prinsip, fungsi dan keriteria pemilihan media belajar dalam Pendidikan Islam sangat dibutuhkan, agar pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam penyampaiannya tidak hanya menoton dengan terus menerus. Sehingga pengembangan media sangatlah hal yang harus dilakukan oleh guru pendidikan islam.

Dimana dalam pengembangan media ini, penulis memfokuskan pada ranah instruksinal. Yaitu pengembangan media pada Mata pelajaran Fikih dan Mata pelajaran  Sejarah kebudayaan Islam (SKI).

Pengembangan media pembelajaran merupakan usaha penyusunan program media pembelajaran yang lebih tertuju pada perencanaan media. Media yang akan ditampilkan dan digunkan terlebih dahulu direncanakan dan dirancang sesuai kebutuhan siswanya. Disamping itu disesuaikan dengan materi Agama tersebut apakah sesuai dan cocok dengan norma-norma yang berlaku dalam Agama itu sendiri.[30]

Dengan berkembangnnya berbagai macam teknologi, banyak muncul berbagai media yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar, guru agama islam juga harus bisa mengunakan media pendidikan yang disesuaikan dengan materi dan kondisi siwa, karena untuk mendukung tujuan belajar yang lebih efektif dan efisien. Sehingga guru agama harus mampu menegmbangkan dan memelihara serta memanfaatkan media pendidikan terutama dalam pembelajaran pendidikan  agama islam.

1.      Pengembangan Media Pada Mata Pelajaran Fikih

Pembelajaran fiqih pada hakikatnya adalah proses komunikasi yakni proses penyampaian pesan pelajaran fiqih dari sumber pesan atau pengirim atau guru melalui saluran atau media tertentu kepada penerima pesan (siswa). Adapun pesan yang akan dikomunikasikan dalam mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang di atur dalam fiqih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam Fiqih Muamalah.[31]

Selama ini, Guru pelajaran fiqih dianggap masih kurang dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fiqih dikarenakan metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran fiqih masih tergolong monoton. Penggunaan metode dan media pembelajaran fiqih disekolah kebanyakan menggunakan cara-cara pembelajaran tradisional, yaitu ceramah dan statis kontekstual, cenderung normatif, monlitik, lepas dari sejarah, dan semakin akademis.[32]

Berangkat dari fenomena ini maka seorang guru pelajaran fiqih harus menggunakan media yang cocok dan efisien untuk membantunya dalam menyalurkan pesan kepada siswa agar tujuan pembelajaran fiqih dapat terlaksana dengan baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah memanfaatkan media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar atau alat dalam pembelajaran fiqih.

Adapun pemilihan media pembelajaran fiqih ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan:

  1. Sesuai denga tujuan yang ingin dicapai.media dipilih sesuai berdasarkan instruksional yang telah ditetapkan secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
  2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi.
  3. Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumberdaya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan.
  4. Guru terampil menggunakannya, ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.
  5. Pengelompokan sasaran media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.
  6. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak terganggu oleh elemen lainyang berupa latar belakang.[33]
  • Macam-Macam Media Pembelajaran Fiqih

Dari berbagai media yang telah dipaparkan, media yang sesuai dan dapat secara efektif digunakan dalam pembelajaran Fiqih untuk meningkatkan motivasi siswa adalah media visual. Adapaun macammacam media visual gerak dapat terbagi menjadi 3, yaitu media visual gerak (contohnya adalah filem bisu/pantomim), media visual diam dan media visual semi gerak (penggunaannya dengan menggunakan telagraph sebagai media transmisi ).[34]

Lebih khusus dan untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang media yang sering digunakan, guru mata pelajaran Fiqih lebih banyak menggunakan media visual diam. Hal ini beralasan bahwa selain sederhana dan mudah pembuatannya, media visual diam juga termasuk media yang relatif murah ditinjau dari segi biayanya.

Media visual diam berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan apabila tidak divisualisasikan, misalnya: pelaksanaan shalat atau tentang konsep sifat wajib, mustahil bagi Allah, dan konsep lainnya.

Adapun macam-macam media visual diam, yang sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran fiqih antara lain:

  1. Media Gambar / Foto

Media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Gambar/Foto merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Sebagaimana pepatah Cina mengatakan “sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu bahasa”. Dalam penggunaan media pembelajaran ini, gambarnya harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.

  1. Sketsa

Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang normal dapat diajar menggambar, maka setiap guru yang baik haruslah dapat menuangkan ide-idenya dalam bentuk sketsa. Sketsa, selain dapat menarik perhatian siswa, menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganya pun tak perlu dipersoalkan karena media dibuat guru langsung.

  1. Bagan

Bagan seperti halnya media grafis yang lain yaitu termasuk media visual. Fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsepkonsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi. Pesan yang disampaikan biasanya berupa ringkasan visual suatu proses, perkembangan atau hubungan-hubungan penting.

  1. Kartun

Kartun sebagai salah satu bentuk komunikasi grafis, yaitu suatu gambar interpretatife yang digunakan simbol-simbol untuk menyampaikan sesuatu pesan secara cepat dan ringkas atau sesuatu sikap terhadap orang situasi, atau kejadian-kejadian tertentu. Kemampuannya besar sekali untuk menarik perhatian, mempengaruhi sikap atau tingkah laku. Kartun biasanya hanya menangkap esensi pesan yang harus disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana, tanpa detail menggunakan simbol-simbol serta karakter yang mudah dikenal dan dipahami dengan cepat.[35]

Dan juga Video dapat digunakan dalam pembelajaran Fikih. Dimana Video adalah merupakan gambar yang bergerak yang bisa digunakan dalam memperaktekkan materi fikih yang membeutuhkan penjelasan secara langsung. Sehingga dengan vedio tersebut, siswa akan melihat secara langsung dan jelas mengenai hal-hal yang harus dikerjakan dari pesan materi fikih.

Sebagai contoh kegiatan belajar siswa dalam penerapan media pembelajaran Fiqih diantaranya adalah gambar garis yang dapat digunakan pada media flash card (kartu kecil yan berisi gambar teks, atau tanda simbol yang yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu). Flash card biasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi. Kartu abjad misalnya, dapat digunakan untuk latihan mengeja lancar (dalam bahasa Arab atau bahasa Inggris). Kartu yang berisi gambar-gambar dapat digunakan untuk melatih siswa mengeja dan memperkaya kosa kata. Kartu-kartu tersebut menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberikan respon yang diinginkan. Misalnya dalam memperlancar bacaan-bacaan shalat, gambar setiap gerakan dalam shalat dibuat diatas flash card.[36]

Sehingga dengan penggunaan media tersebut materi pelajaran fikih akan tercapai dengan baik. Dan mendorong siswa giat dalam belajar serta selalu akan mengingat terhadap materi pelajaran yang disampaikan melalui media tersebut.

2.      Pengembangan Media Pembelajaran Pada Mata pelajaran  Sejarah kebudayaan Islam (SKI)

Didalam pengembangan media pelajaran pada Mata pelajaran Sejarah kebudayaan Isla (SKI). Penulis memfokuskan pada materi Sirah Nabawiyah. Dimana Sirah Nabawiyah berasal dari bahasa arab assirah yang bermakna perjalanan, kisah, sejarah dan biografi. Nabawiyah berasal dari bahasa arab an-nabawiyyah dari An-Nabiyyu yang berarti seorang nabi. An-nabawiyyah berarti kenabian atau yang dinisbatkan kepada seorang nabi, maka sirah nabawiyah bermakna perjalanan hidup seorang Nabi.

Menurut beberapa penelitian tentang penggunaan media dalam proses belajar mengajar menunjukkan adanya perbedaan yang berarti antara pengajaran tanpa media dengan pengajaran menggunakan media. Oleh sebab itu penggunaan media pengajaran dalam proses pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pembelajaran. Berbagai pernyataan akan manfaat media dalam pembelajaran di atas, tentu penggunaan media dalam materi SKI sirah Nabawiyah sangat efektif untuk tercapainya materi itu pada siswa dibandingkan tidak menggunakan metode yang berbasis multimedia, yang dalam hal ini pembelajaran yang menggunakan teknologi perpaduan antara visul, audio dan audio visual.

Pembelajaran Sirah Nabawiyah yang telah berjalan selama ini hanya bersifat monoton. Pengajar hanya menggunakan media buku dan metode ceramah. Cara seperti ini menimbulkan kejenuhan dan tidak menarik perhatian siswa. Bahkan siswa cenderung tidak suka terhadap pelajaran ini. Nilai yang dihasilkan dalam ujian pun bersifat stagnan dan tidak baik.[37]

Sirah Nabawiyah adalah bagian dari kisah seorang nabi. Kisah ini memuat kelahiran seorang nabi, wilayah diutusnya nabi, sahabat yang mengiringi nabi dan berbagai peristiwa yang dialami oleh nabi dalam hidupnya. Semua kejadian ini akan mudah difahami dan dirasakan anak didik jika seorang pengajar mampu menghadirkan media yang bervariasi dan saling terintegrasi. Daya serap seseorang terhadap pesan dan isi dalam sebuah filem sangat besar. Mereka dapat menggambarkan setiap episode filem tersebut secara baik setelah menonton.

Hal itu dikarenakan Penggunaan media audio visual, ditujukan untuk meninglatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar, sehingga diharapkan anak didik mampu mengembangkan daya nalar serta daya rekanya. Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa proses belajar dan mengajar dengan menggunkan sarana audio visual mampu meningkatkan efisiensi pengajaran 20-50%.[38]

Begitu halnya jika seorang anak didik di perlihatkan secara langsung terhadap contoh-contoh dalam belajaran. Maka anak didik akan lebih mudah menerimanya dan menambah pengalamannya. Karena pengalaman yang didapatkan sangat besar manfaatnya untuk membantu perkembangan selanjunya. Pengalaman tersebut dapat menambah penegetahuan, karena pengetahuan manusia 20% didapat melalui indera mendengar, 30% didapat dari indera melihat, 50-60% didapat melalui mendengar dan melihat, dan 70%  didapat dari membaca dan mengucapkan serta 90% didapat dari melakukannya sendiri.[39]

Sehingga dengan pengembangan Media dalam Mata Pelajaran SKI tersebut dengan menggunkan Video atau Filem serta media yang lain. Akan Mengantarkan siswa pada pemahaman yang lebih tinggi dalam menagkap Materi SKI dibandingkan menangkap materi pelajaran dengan hanya metode membaca pada teks –teks atau buku-buku yang telah ada.

D.    Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang  secara harfiah berarti tengah, atau pengantar. Dalam bahasa arab, media dalah perantara (وسائل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
  2. Dalam pemilihan media harus memahami beberapa perinsip diantaranya: Tujuan pembelajaran,  Metode pemebelajaran, Jumlah peserta didik, Karakteristik peserta didik, Waktu yang tersedia untuk pembelajaran, Biaya yang digunkan untuk media pemebelajaran, Kemampuan pengajar menggunkan media pemebelajaran, Tempat berlangsungnya pembelajaran.
  3. Fungsi media pembelajaran: Pertama, fungsi atensi, Kedua, fungsi afektif, Ketiga, fungsi kognitif. Empat, fungsi kompensatoris.
  4. Keriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media; Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi, Praktis, luwes, dan bertahan, Guru terampil dalam menggunakannya, Peneglompokan sasaran, Mutu teknis.
  5. Dan didalam pembelajaran dan menentukan media belajar sangat diperlukan memahami  kerucut yang dikembangkan oleh Edgar Dale diatas, dimana dari sekian jenis pengalaman, menempati posisi yang berbeda-beda, yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pembelajaran akan ditentukan dari bagaimana guru dapat memperhatikan krucut tersebut dengan baik.
  6.  Dalam pengembangan prinsip, fungsi dan keriteria pemilihan media belajar dalam Pendidikan Islam sangat dibutuhkan, agar pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam penyampaiannya tidak hanya menoton dengan terus menerus. Sehingga pengembangan media sangatlah hal yang harus dilakukan oleh guru pendidikan islam.

Adapun pengembangan media pada mata pelajaran Fikih dengan menggunakan Macam-Macam Media yang cocok dengan Pembelajaran Fiqih seperti berikut:

  1. Media Gambar / Foto

Media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Gambar/Foto merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana.

  1. Sketsa

Sketsa, selain dapat menarik perhatian siswa, menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganya pun tak perlu dipersoalkan karena media dibuat guru langsung.

  1. Bagan

Bagan seperti halnya media grafis yang lain yaitu termasuk media visual. Fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsepkonsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual.

  1. Kartun

Kartun sebagai salah satu bentuk komunikasi grafis, yaitu suatu gambar interpretatife yang digunakan simbol-simbol untuk menyampaikan sesuatu pesan secara cepat dan ringkas atau sesuatu sikap terhadap situasi, atau kejadian-kejadian tertentu.

Dan juga Video dapat digunakan dalam pembelajaran Fikih. Dimana Video adalah merupakan gambar yang bergerak yang bisa digunakan dalam memperaktekkan materi fikih yang membutuhkan penjelasan secara langsung. Sehingga dengan vedio tersebut, siswa akan melihat secara langsung dan jelas mengenai hal-hal yang harus dikerjakan dari pesan materi fikih.

Sementara pengembangan media pada pembelajaran SKI adalah:

Dengan cara penggunaan Media Filem, atau video yang berkaitan dengan Mata pelajaran SKI akan membentuk Daya serap siswa terhadap pesan dan isi Materi pelajaran melalui sebuah filem sangat besar. Mereka dapat menggambarkan setiap episode filem tersebut secara baik setelah menonton. Karena pengetahuan manusia 20% didapat melalui indera mendengar, 30% didapat dari indera melihat, 50-60% didapat melalui mendengar dan melihat, dan 70%  didapat dari membaca dan mengucapkan serta 90% didapat dari melakukannya sendiri.

…………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

Asnawir dan Basyiruddin Usman. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Arsyad. Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002.

Darwanto. Televisi sebagai media pendidikan. Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2007.

Dariyanto.  Media Visual untuk pengajaran Teknik. Bandung: Tarsito, 1993.

Depdiknas, Ilmu Pengetahuan Sosial (Materi Pelatihan Terintegrasi). Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005.

Jundan. Efektifitas penggunaan multimedia dalam pembelajaran. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008.

Kasmadi, Hartono. Model-model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang: IKIP Semarang Press, 1996

Miarso, Yusuf hadi, dkk. Teknologi komonikasi pendidikan: penegrtian dan penerapannya di indonesia. Jakata: CV. Rajawali1984.

………………………………… Menyemai benih tekhnologi pendidikan. Jakarta: Kencana, 2007.

Munir. Kurikulum berbasis teknologi informasi dan komonikasi. Bandung: Alfabeta, 2008.

Rohmat. Media Pembelajaran, Suatu Pengantar.  Yogyakarta: Logung, 2010.

Shalahuddin, Mahfud. Media Pendidikan Agama. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1986.

Sholahuddin. Pemanfaatan Media Dan Sumber Belajar. Makalah disampaikan pada Diklat Peningkatan Kualitas Guru PAI  Kanwil Kementerian Agama Propinsi Jawa Tengah dan DIY di Semarang, 2010.

Sadiman, Arif S. Dkk. Media pendidikan.  Jakarta: CV Rajawali, 1990.

Suharjana, Agus. Pemanfaatan alat peraga sebagai media pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Wagner, Robert W. Edgar Dale: Professional. Theory into Practice. Vol. 9, No. 2, Edgar Dale. Apr., 1970.


[1] Depdiknas, Ilmu Pengetahuan Sosial (Materi Pelatihan Terintegrasi). Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005.

[2] Ibid

[3] Hartono Kasmadi, Model-model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang: IKIP Semarang Press, 1996

[4] Arif S. Sadiman, dkk, Media pendidikan( Jakarta: CV Rajawali, 1990), 03.

[5] Munir, kurikulum berbasis teknologi informasi dan komonikasi (Bandung: Alfabeta, 2008), 138.

[6] Mahfudh Shalahuddin, Media Pendidikan Agama, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1986. Lihat pula: Rohmat, Media Pembelajaran (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Logung, 2010.

[7] Ibid

[8] Ibid

[9] Ibid

[10] Agus Suharjana, pemanfaatan alat peraga sebagai media pembelajaran Matematika (Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009), 03.

[11] Ibid

[12] Yusuf hadi miarso, dkk, teknologi komonikasi pendidikan: penegrtian dan penerapannya di indonesia (Jakata: CV. Rajawali1984), 62-63.

[13] Ibid, 102-104..

[14] Munir, kurikulum berbasis teknologi informasi dan komonikasi (Bandung: Alfabeta, 2008), 141-143.

[15] Yusuf Hadi Miarso, menyemai benih tekhnologi pendidikan (Jakarta: Kencana, 2007). 461.

[16] Ibid, 49.

[17] Ibid.

[18] Arif S. Sadiman, dkk, Media pendidikan ( Jakarta: CV Rajawali, 1990),17.

[19] Yusuf hadi miarso, dkk, teknologi komonikasi pendidikan, 49.

[20] Yusuf hadi miarso, dkk, teknologi komonikasi pendidikan: penegrtian dan penerapannya di indonesia (Jakata: CV. Rajawali1984), 47.

[21] Arif S. Sadiman, dkk, Media pendidikan( Jakarta: CV Rajawali, 1990), 75-76.

[22] Munir, kurikulum berbasis teknologi informasi dan komonikasi (Bandung: Alfabeta, 2008), 139.

[23] Wagner, Robert W. Edgar Dale: Professional. Theory into Practice. Vol. 9, No. 2, Edgar Dale (Apr., 1970), pp. 89-95.

[24] Dayanito, Media visual untuk pengajaran teknik (Bandung: Tarsito, 1993), 22-23.

[25] Yusufhadi Miarso, dkk., Teknologi Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: CV Rajawali, 1984). 72.

[26] Rohmat, Media Pembelajaran, Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Logung, 2010).

[27] Sholahuddin, Pemanfaatan Media Dan Sumber Belajar, Makalah disampaikan pada Diklat Peningkatan Kualitas Guru PAI  Kanwil Kementerian Agama Propinsi Jawa Tengah dan DIY di Semarang, 2010

[28] Darwanto, televisi sebagai media pendidikan (yogyakarta: pustaka pelajar, 2007). 101.

[29]Ibid, 102.

[30] Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 135.

[31] Muhaimin, pengembangan kurikulum pendidikan agama islam (jakarta: raja grafindo persada,2005), 26.

[32] Ibid.

[33] Ashar Arsyad, Media pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), 72.

[34] Usman M. Basyiruddin. Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 27-28.

[35] Arief S, Media Pengajaran: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatan, (Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada), 82.

[36] Azhar Arsyad. Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindoPersada, 2002),  118-119.

[37] Jundan, Efektifitas penggunaan multi media dalam pembelajaran (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008), 03-04.

[38] Darwanto, televisi sebagai media pendidikan (yogyakarta: pustaka pelajar, 2007). 101.

[39]Dariyanto, Media Visual untuk pengajaran Teknik (Bandung: Tarsito, 1993), 23.

Dipublikasi di Pendidikan | Meninggalkan komentar

PEMIKIRAN TASAWUF AL-JUNAYD AL-BAGHDADI

ahmadfawaid99

Pendahuluan

Tasawuf merupakan ungkapan pengalaman keagamaan yang bersifat subjektif dari seseorang dalam menanggapi  mendekatkan diri kepada Allah dengan menitikberatkan pada aspek pemikiran dan perasaan. Bahkan tasawuf banyak juga menyinggung akan penyatuan diri dengan Tuhan serta  menjalankan konsep zuhud di dunia. Akan tetapi Secara umum dapat dikatakan bahwa tasawuf itu merupakan usaha akal manusia untuk memahami realitas dan akan merasa senang manakala dapat sampai kepada Allah SWT.[1]

Lihat pos aslinya 2.816 kata lagi

Dipublikasi di Pendidikan | Meninggalkan komentar

PEMIKIRAN TASAWUF AL-JUNAYD AL-BAGHDADI

Pendahuluan

Tasawuf merupakan ungkapan pengalaman keagamaan yang bersifat subjektif dari seseorang dalam menanggapi  mendekatkan diri kepada Allah dengan menitikberatkan pada aspek pemikiran dan perasaan. Bahkan tasawuf banyak juga menyinggung akan penyatuan diri dengan Tuhan serta  menjalankan konsep zuhud di dunia. Akan tetapi Secara umum dapat dikatakan bahwa tasawuf itu merupakan usaha akal manusia untuk memahami realitas dan akan merasa senang manakala dapat sampai kepada Allah SWT.[1]

Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Tasawwuf | 1 Komentar

PEMIKIRAN TASAWUF AL-JUNAYD AL-BAGHDADI

Pendahuluan

Tasawuf merupakan ungkapan pengalaman keagamaan yang bersifat subjektif dari seseorang dalam menanggapi  mendekatkan diri kepada Allah dengan menitikberatkan pada aspek pemikiran dan perasaan. Bahkan tasawuf banyak juga menyinggung akan penyatuan diri dengan Tuhan serta  menjalankan konsep zuhud di dunia. Akan tetapi Secara umum dapat dikatakan bahwa tasawuf itu merupakan usaha akal manusia untuk memahami realitas dan akan merasa senang manakala dapat sampai kepada Allah SWT.[1]

Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Pendidikan | Meninggalkan komentar

MENUMBUH KEMBANGKAN SPIRITUALITAS SEBAGAI JAWABAN PROBLEMATIKA UMAT DI ERA MODERN

Era modernesasi adalah era canggih, yang mayoritas mengukur kesuksesan segala sesuatu dan pola hidup dengan material, pola fikir yang bebas, serta keluar dari ajaran Agama merupakan kegemaran dan kebahagiaan hidup. Orang yang hidup di era modern ini tidak dianggap sukses walaupun telah menyandang title akademis yang bagus tanpa ada bentuk konkrit yang ditampilkan secara material, hal yang seperti demikian menjadi hal yang tidak tabu lagi untuk kita dengar dan dilihat di lingkungan kita sendiri yang kebanyakan orientasi hidup kali ini menjadi serba material orientid.

Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Artikel | Meninggalkan komentar